Selepas kuliah Abdul Qodir Latief sempat mencicipi dunia kerja. Tapi, keinginannya mengoptimalkan potensi daerah sekaligus menyediakan lapangan kerja bagi orang lain membuatnya terjun menekuni usaha pakan ikan. “SAYA sempat bekerja selama dua bulan sebagai sales representative sebuah pabrik pupuk selepas menyelesaikan kuliah. Tapi, karena ada ketidakcocokan dengan manajemen, akhirnya saya memilih mundur,” ujar Abdul Qodir Latief saat ditemui harian Seputar Indonesia di Kecamatan Babelan, Bekasi, Jawa Barat, belum lama ini. Sekarang usaha pakan ikan yang ditekuni Abdul Qodir Latief sejak 2003 itu telah menuai hasil. Mengusung merek dagang Babelan Agro Sejahtera, pakan ikan produksinya telah mendapatkan tempat di kalangan para petani. Produknya bahkan telah menyebar ke wilayah Bandung, Jawa Barat. Oding––sapaan akrab Abdul Qodir Latief––mengaku, perkembangan usahanya banyak dibantu oleh Bank Mandiri. Saat membutuhkan tambahan modal pada 2006, Bank Mandiri mau mengucurkan bantuan usaha dalam jumlah relatif banyak.
”Padahal,sebelumnya saya mengajukan pinjaman ke beberapa bank lain selalu ditolak,”ungkapnya. Dia juga terkesan dengan pelayanan pihak Bank Mandiri yang menurutnya sangat mengayomi pelaku usaha kecil. Ke depan Oding berharap Bank Mandiri terus memberikan bantuan-bantuan dalam bentuk lainnya seperti memfasilitasi pelatihan manajemen dan lainnya. ”Kami butuh pelatihan-pelatihan seperti itu,” tuturnya.
Sarjana Program Studi Agribisnis Universitas Islam "45" (UNISMA) Bekasi tersebut mengawali usahanya memproduksi pakan ikan pada 2003. Dia mengaku tertarik menekuni usaha itu setelah mendengar cerita seorang dosennya yang mengaku senantiasa kesulitan mendapatkan pakan ikan. Kisah dosennya itu menginspirasi Oding untuk menekuni usaha pakan ikan. Motivasi lainnya, yaitu turut mengangkat potensi daerah sekaligus membantu menyediakan lapangan kerja bagi orang lain di sekitar tempat tinggalnya. ”Di wilayah tempat tinggal saya, bahan baku pakan ikan seperti ikan-ikan kering dan lainnya melimpah. Selain itu, saya juga ingin membantu menyediakan lapangan kerja bagi orang lain, terutama anak-anak korban putus sekolah yang ada di wilayah saya,” tutur warga asli Kampung Kedaung,Desa Kedungjaya,Kecamatan Babelan, Bekasi ini. Suami dari Dedeh Saidah yang dinikahi pada 2001 ini mengatakan, ketika memulai usaha, modal awal yang dikucurkannya hanya se-kitar Rp15 juta.Modal itu digunakan untuk membeli peralatan sederhana dan pembelian bahan baku. Lantaran baru awal-awal dan menggunakan peralatan seadanya, kapasitas produksi yang mampu dihasilkan hanya sekitar 300 kilogram per hari.
Untuk memasarkan produknya, Oding pun mesti gencar melakukan penetrasi pasar.” Kadang setelah ikut memproduksi, saya langsung memasarkan produk saya dari satu petani ikan ke petani lainnya,”tuturnya. Untungnya, masa-masa sulit tersebut dilalui hanya tiga tahun.
Setelah mendapat kucuran dana dari Bank Mandiri, Oding mampu membeli mesin produksi yang menggunakan tenaga listrik. Berkat mesin produksi tersebut, kapasitas produksi usahanya meningkat tajam menjadi 150 kilogram per jam atau sehari rata-rata bisa memproduksi 600 kilogram pakan ikan. Demi menghasilkan produk pakan ikan dari bahan baku menjadi produk jadi, setidaknya ada beberapa rangkaian proses yang mesti dilalui. Oding mengatakan, proses pertama yang dilakukan adalah menjemur ikan-ikan yang akan dijadikan tepung ikan. Ikan merupakan bahanbaku utama pembuatan pakan.Oding membeli itu dari nelayan di sekitar wilayah tinggalnya.
Selain ikan, bahan lainnya juga tepung dedak, tepung roti, tepung beras menir, tepung susu, vitamin, dan minyak ikan. Lalu, semua bahan tersebut digiling agar halus. Setelah menjadi tepung,bahan-bahan tersebut diformulasikan sesuai takaran yang ditentukan. Selepas diformulasikan lalu digiling lagi untuk kemudian dicetak bulat panjang dengan ukuran panjang sekitar 1-2 sentimeter. Setelah dicetak,pakan yang sudah jadi dimasukkan ke dalam bak pendingin untuk kemudian dikemas dalam kemasan karung dengan berat 50 kilogram.
Oding mengatakan, keunggulan produknya terletak pada soal harga jual. Kalau pakan ikan produksi pabrik-pabrik besar dengan kualitas sama dijual Rp5.000 per kilogram, pakan ikan produk Oding hanya dijual Rp3.800 per kilogram.
Oding menyatakan, penggunaan peralatan mesin yang mampu meningkatkan kapasitas produksinya turut memengaruhi omzet usahanya. Setelah menggunakan peralatan mesin, usaha yang dikelola Oding mampu meraih omzet rata-rata Rp40 juta per bulan. Seiring grafik naik yang dialami usahanya, Oding optimistis usaha pembuatan pakan ikan yang digelutinya bakal tambah maju. Oding berobsesi dua atau tiga tahun ke depan, dia sudah mampu membuat pabrik permanen yang lebih representatif serta menambah mesin produksi. (sugeng wahyudi)